Perikanan




BUDIDAYA IKAN NILA
Lokasi Usaha
Lokasi usaha budidaya ikan nila sangat menentukan keberhasilan budidaya tersebut. Terdapat beberapa persyaratan untuk lokasi budidaya ikan nila, antara lain :
  1. Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan ikan nila adalah jenis tanah liat/lempung. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
  2. Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
  3. Ikan nila cocok dipelihara di dataran rendah sampai agak tinggi (500 m di bawah permukaan laut).
  4. Air jangan terlalu keruh dan tidak tercemar baik dari limbah industri ataupun rumah tangga. Kecerahan untuk di kolam yang baik + 45 cm sedangkan di tambak + 30 cm.
  5. Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha. Kondisi perairan tenang dan bersih. Nilai keasaman air (pH) berkisar 6-8,5 dengan nilai optimal 7-8.
  6. Suhu air yang optimal berkisar antara 25oC-30oC.
  7. Ikan nila mampu hidup pada kadar garam 0-35 permil.
  8. Dekat dengan sumber air, dimana sumber air bisa berasal dari saluran irigasi, sungai, sumur ataupun umbul.
1. Kolam Pembesaran
Kolam pembesaran berfungsi sebagai tempat untuk memelihara dan membesarkan benih selepas dari kolam pendederan. Benih yang akan dibesarkan dapat berasal dari pendederan I (gelondongan kecil) ataupun pendederan II. Kalau benih yang berasal pendederan II, berarti ukuran benih sudah cukup besar, sehingga waktu yang dibutuhkan sampai panen tidak terlalu lama. Usaha semacam ini mengandung resiko yang lebih kecil, karena tingkat mortalitasnya rendah. Hasil panen yang seragam atau serempak pertumbuhannya dengan ukuran super adalah salah satu target yang harus dicapai.
Ada 3 (tiga) faktor penting yang harus diperhatikan dalam usaha pembesaran, yaitu : kualitas benih, kualitas pakan yang diberikan dan kualitas airnya itu sendiri.
  1. Kualitas benih.
    Benih unggul berasal dari induk yang unggul, karena itu sebaiknya benih dibeli dari tempat pembenihan yang dapat dipercaya atau yang telah mendapat rekomendasi dari pemerintah, seperti BBI. Benih baik bisa berasal dari hasil rekayasa genetika seperti nila gift, proses seleksi, proses persilangan dan sebagainya.

    Ciri-ciri benih yang berkualitas yaitu tubuhnya tidak cacat/ luka, aktif berenang, senang bergerombol dan apabila dikejutkan benih akan berpencar secara cepat, sisik teratur rapi dan tidak kaku serta sirip lengkap dan proporsional.
  2. Kualitas pakan.
    Pakan yang diberikan harus tepat dan dalam jumlah yang mencukupi. Yang dimaksud tepat dalam hal ini adalah tepat ukuran, nilai nutrisi, keseragaman ukuran dan kualitas.
  3. Kualitas air.
    Air yang digunakan untuk usaha pembesaran harus memenuhi syarat, dalam arti kandungan kimia dan fisika harus layak, bebas dari pencemaran dan tersedia sepanjang waktu.
2. Fasilitas Produksi dan Peralatan
Langkah awal yang paling penting pada usaha budidaya pembesaran ikan nila adalah mempersiapkan kolam yang akan digunakan sebagai sarana budidaya. Sebelum benih ditebarkan, kolam harus dikeringkan selama beberapa hari. Selama pengeringan tanah perlu dibolak-balik agar gas-gas beracun seperti H2S dan NH3 dapat menguap. Disamping itu perlu ada perbaikan pematang, saluran air, pintu pemasukan dan pengeluaran. Hal ini dilakukan untuk mencegah kebocoran yang menyebabkan hama masuk ke dalam kolam.
Langkah selanjutnya adalah melakukan pengapuran dengan maksud untuk memberantas hama dan penyakit. Untuk menumbuhkan plankton, selanjutnya kolam perlu dipupuk dengan pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik yang biasa di gunakan adalah dari kotoran ternak seperti kotoran sapi, kambing, kerbau ataupun ayam, sedangkan pupuk anorganiknya adalah Urea dan TSP.
Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi penelitian, pembudidaya ikan nila di wilayah tersebut, tidak melakukan kegiatan persiapan kolam sebelum benih ditebarkan. Artinya, setelah panen selesai dilakukan, benih ikan kemudian langsung ditebarkan (masa pemeliharaan di kolam pembesaran selama 4 bulan). Pertimbangannya adalah dengan debit air yang cukup besar dan mengalir sepanjang tahun, maka sisa kotoran hasil metabolisme dan sisa pakan akan keluar sehingga kualitas air tetap terjaga. Dengan demikian mereka menganggap tidak perlu melakukan pengeringan kolam. Terlebih karena sumber air yang digunakan pembudidaya setempat berasal dari mata air (umbul) yang mengalir sepanjang tahun. Air umbul merupakan sumber air bebas pathogen, terutama bila jarak antara sumber air dengan unit budidaya tidak terlalu jauh dan bebas dari kontaminasi.
Meskipun ada sisi baiknya, namun sumber air tersebut miskin plakton, sementara kandungan nitrogen, besi, dan logam beratnya tinggi. Hal ini dapat menyebabkan pertumbuhan ikan yang dibudidayakan terganggu dan menimbulkan penyakit non infeksi.
Untuk mendukung operasional maka diperlukan beberapa peralatan seperti: jala, anco, drum, ember, timbangan, tabung oksigen, serok, jaring dan cangkul. Pada kolam intensif mestinya harus dilengkapi dengan peralatan untuk mengukur kualitas air seperti: DO meter, pH meter, Thermometer dan Spektrophotometer kalau memungkinkan. Alat yang terakhir ini sangat diperlukan mengingat pada kolam intensif dihasilkan sisa buangan yang banyak dan memungkinkan tercemarnya kolam tersebut ( NH3 dan H2S).
 
1. Penebaran Benih dan Pengaturan Kepadatan
Benih ikan yang ditebarkan harus mempunyai kualitas yang baik dan seragam ukurannya. Benih ditebar pada pagi/sore hari saat suhu udara masih rendah. Hal ini dimaksudkan supaya benih ikan tidak mengalami stres.
Kepadatan atau kerapatan ikan yang dibudidayakan harus disesuaikan dengan standar atau tingkatan budidaya. Peningkatan kepadatan akan menyebabkan daya dukung kehidupan ikan per individu menurun. Kepadatan yang terlalu tinggi (overstocking) akan meningkatkan kompetisi pakan, ikan mudah stress dan akhirnya akan menurunkan kecepatan pertumbuhan. Kepadatan ikan yang dibudidayakan di karamba jaring apung (KJA) sebanyak 3-5 kg/m2, di keramba 5 kg/m2, sedangkan di kolam air deras antara 10-15 kg/m2.
Pembudidaya setempat menggunakan kepadatan 1 ton benih (sekitar 20.000 ekor) untuk kolam seluas 100 m2. Benih yang ditebar ukurannya 5-7 cm dan diambil dari daerah setempat. Padat penebaran sebesar itu dianggap sudah tinggi dan dapat dikategorikan dalam tipe usaha pembesaran yang intensif.
2. Pemberian Pakan
Ikan nila termasuk dalam golongan ikan omnivora atau pemakan segala. Jenis, ukuran dan jumlah pakan yang diberikan tergantung dari ukuran ikan nila yang dipelihara. Ada dua jenis pakan ikan nila, yaitu pakan alami dan pakan buatan. Disamping itu dapat pula diberikan pakan alternatif.
Pakan alami ikan nila adalah jasad - jasad renik, kutu air, cacing, jentik-jentik serangga dan sebagainya. Pakan alternatif yang biasa diberikan adalah sisa - sisa dapur rumah tangga.
Yang perlu dicermati dalam pemberian pakan alternatif ini adalah bahwa pakan tersebut merupakan reservoir parasit/mikro organisme, sehingga pemanfaatan makanan tersebut akan melengkapi siklus hidup beberapa parasit ikan. Oleh karena itu pemberian pakan alternatif, terutama yang sudah jelek kualitasnya (busuk) sejauh mungkin dihindari.
Kebersihan pakan, cara pemberian dan penyimpanannya perlu diperhatikan benar agar transmisi parasit dan penyakit tidak terjadi pada hewan budidaya. Dengan melihat kekurangan yang ada pada pakan alternatif/tambahan, maka seyogyanya ikan nila diberikan pakan buatan yang memenuhi persyaratan baik nutrisinya maupun jumlahnya. Walaupun banyak nilai kebaikan dari pakan buatan, tapi harus diperhatikan pula dari segi finansialnya, karena hampir 50% dari biaya produksi merupakan biaya pakan.
Pakan ikan yang digunakan oleh pembudidaya di daerah survei adalah pakan buatan (pelet). Pakan ini diberikan dengan cara ditebarkan secara merata dengan tujuan adar setiap individu ikan akan mendapatkannya, sehingga tidak terjadi persaingan. Dosis yang dipergunakan adalah 3-5% dari bobot tubuhnya setiap hari. Pakan diberikan 2-3 kali sehari. Banyaknya pelet yang diberikan untuk 1 ton benih ikan selama 4 bulan masa pemeliharaan sebanyak 170 zak, dengan berat 30 kg per zak nya. Rincian pemberian pakan ikan dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1.
Rincian Pemberian Pakan pada Ikan
Bulan
Volume (zak)
Pertama
25
Kedua
60
Ketiga
60
Keempat
25
Sumber : Data primer, 2007
3. Pemanenan
Panen ikan nila dilakukan secara total, yaitu dengan cara mengeringkan kolam hingga ketinggian air tinggal 10 cm. Petak pemanenan atau petak penangkapan dibuat seluas 1 m2 di depan pintu pengeluaran. Dengan demikian ikan yang sudah terkumpul akan mudah ditangkap. Pemanenan dilakukan pada pagi hari saat cuaca belum panas dengan menggunakan waring yang halus. Pemanenan dilakukan dengan hati-hati dan waktu yang secepatnya, hal ini untuk menghindari luka pada ikan.