BUDIDAYA
TANAMAN CABAI MERAH
PENDAHULUAN
:: Latar Belakang
Kebutuhan
akan cabai merah, diduga masih dapat ditingkatkan dengan pesat sejalan dengan
kenaikan pendapatan dan atau jumlah penduduk sebagaimana terlihat dari trend
permintaan yang cenderung meningkat yaitu tahun 1988 sebesar 4,45 kg/kapita,
menjadi sebesar 2,88 kg/kapita pada tahun 1990, dan pada tahun 1992 mencapai
sebesar 3,16 kg/kapita.
Sekalipun
ada kecenderungan peningkatan kebutuhan, tetapi permintaan terhadap cabai merah
untuk kebutuhan sehari-hari dapat berfluktuasi, yang disebabkan karena tingkat
harga yang terjadi di pasar eceran. Fluktuasi harga yang terjadi di pasar
eceran, selain disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi sisi permintaan
juga disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi sisi penawaran. Dapat
dijelaskan bahwa kadang-kadang keseimbangan harga terjadi pada kondisi jumlah
yang ditawarkan relatif jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah yang
diminta. Hal inilah yang mengakibatkan harga akan sangat tinggi. Demikian pula
terjadi sebaliknya sehingga harga sangat rendah.
Dari
sisi penawaran menunjukkan bahwa proses penyediaan (produksi dan distribusinya)
cabai merah belum sepenuhnya dikuasai para petani. Faktor utama yang menjadi
penyebab adalah bahwa petani cabai merah adalah petani kecil-kecil yang proses
pengambilan keputusan produksinya diduga tidak ditangani dan ditunjang dengan
suatu peramalan produksi dan harga yang baik.
Beberapa
faktor pendukung yang bersifat teknologi (non kelembagaan) yang diperlukan
untuk mengembangkan bisnis budidaya cabai merah berskala usaha kecil, guna
mengantisipasi peluang permintaan di atas sebenarnya masih dapat terus
dikembangkan dan ditingkatkan. Penataannya mencakup perbaikan serta
penyempurnaan dalam penerapan teknologi pada setiap siklus produksi, yang
dimulai dari : (i) proses persiapan dan pembuatan pembibitan cabai merah, (ii)
penyediaan benih cabai merah yang unggul dan bebas dari penyakit virus, (iii)
persiapan lahan budidaya, (iv) penerapan teknologi penanaman cabai merah, (v)
pemeliharaan tanaman, (vi) proses panen, (vii) proses penanganan hasil panen
dan (viii) distribusi dan pemasaran hasil panen (produksi cabai merah).
Perbaikan terhadap faktor pendukung penerapan teknologi tersebut pada
prinsipnya bertujuan untuk dapat menekan resiko kegagalan produksi sampai pada
tingkat yang sekecil mungkin.
Sedangkan
peluang yang menyangkut perlunya faktor pendukung yang bersifat kelembagaan
mencakup kegiatan pengorganisasian proyek mulai dari : (i) persiapan pengusulan
proyek sampai dengan untuk mendapatkan bantuan pembiayaan (kredit), (ii)
penyeidaan prasarana dan sarana produksi, (iii) program pendampingan selama
masa produksi, (iv0 penanganan hasil, (v) distribusi dan pemasaran hasil dan
(vi) selama proses pemenuhan kewajiban finansial.
Sekalipun
cabai merah mempunyai prospek permintaan yang baik, tetapi sektor budidaya
cabai merah dalam skala usaha kecil masih menghadapi berbagai masalah atau
kendala. Permasalahan/kendala utama yang dapat menyebabkan bisnis usaha kecil
budidaya cabai merah sering menghadapi resiko gagal, tidak adanya kepastian
jual, harga yang berfluktuasi, kemungkinan rendahnya margin usaha, lemahnya
akses pasar, dan ketidakmampuan untuk memenuhi persyaratan teknis bank.
Upaya
yang ditempuh untuk membantu Usaha Kecil (UK) dalam bidang agribisnis budidaya
cabai merah agar mereka mampu memanfaatkan peluang dan sekaligus untuk
memecahkan masalah yang dihadapi (kelemaha dalam sistem, penerapan teknolodi,
kelemahan dalam distribusi/pemasaran) dilaksanakan melalui pengembangan
kebijakan di sektor-sektor pemerintah, moneter dan di sektor riil. Antara lain
dengan : menyediakan kredit yang sesuai dan cocok untuk agribisnis berskala
kecil, menciptakan kondisi yang kondusif bagi pengembangan tanaman hortikultura
sayut-sayuran yang tergolong rempah-rempah termasuk di dalamnya untuk mata
dagangan cabai merah dan memberikan jaminan keberhasilan proyek melalui
penerapan pengembangan budidaya cabai merah yang pelaksanaanya melalui Program
Kemitraan Terpadu (PKT).
Melalui
bentuk hubungan kemitraan Usaha Kecil dengan Usaha Besar ini, maka bilamana
ditinjau dari sisi perbankan, tingkat kelayakan bisnis usaha kecil budidaya
tanaman cabai merah dapat ditingkatkan. Dengan demikian keberhasilan untuk
mendapatkan bantuan kredit semakin terjamin.
Dengan
keunggulan-keunggulan PKT tersebut maka bisnis usaha kecil budidaya tanaman
cabai merah yang dilaksanakan dengan Model Kelayakan PKT ini, akan memiliki
potensi yang sangat besar untuk direplikasi hampir di seluruh propinsi yang
memiliki kesuburan lahan atau kecocokan lahan, serta iklim yang paling cocok
untuk pelaksanaan budidaya cabai merah.
PENDAHULUAN :: Tujuan
Tujuan
utama dari penyajian Laporan Model Kelayakan PKT "Budidaya Tanaman
Cabai Merah" ini yaitu untuk :
- Menyediakan suatu referensi
bagi perbankan tentang kelayakan budidaya tanaman cabai meran bilamana
ditinjau dari segi-segi : prospek atau kelayakan pasar/pemasarannya,
kelayakan budidayanya yang dilaksanakan dengan penerapan teknologi maju,
kelayakan dari segi keuangan terutama bilamana sebagian dari biaya yang
diperlukan akan dibiayai oleh bank dan format pengorganisasian pelaksanaan
proyeknya yang dapat menjamin lancarnya pelaksanaan proyek dan menjamin
keuntungan bagi semua unsut yang ikut serta dalam pelaksanaan proyek.
- Dengan referensi kelayakan
tersebut diharapkan perbankan dapat mereplikasikan pelaksanaan proyek di
daerah/lokasi sesuai/cocok dengan kajian kelayakan yang dimaksud. Dengan
demikian tujuan dalam pengembangan usaha kecil melalui peningkatan mutu
budidaya tanaman cabai merah tercapai sasarannya, yang ditempuh melalui
peningkatan realisasi kredit yang cocok untuk usaha kecil, meningkatkan
keamanan pelaksanaan kreditnya dan meningkatkan pendapatan petanai cabai
merah serta kesejahteraannya.
BUDIDAYA
TANAMAN CABAI MERAH
ASPEK PRODUKSI :: Teknik Budidaya
Keberhasilan
usaha produksi cabai merah sangat di tentukan oleh aspek teknis budidaya di
lapangan. Beberapa hal yang harus di perhatikan dengan baik dalam pelaksanaan
teknis budidaya tanaman cabai merah, adalah sebagai berikut :
- Pemakaian benih cabai merah
yang unggul yang tidak terkontaminasi virus
- Ketersediaan air yang cukup
sepanjang periode tanam/sepanjang tahun.
- Pola tanaman yang baik dan
sesuai dengan iklim
- Pengolahan tanah yang di
sesuaikan dengan kemiringan lereng dan arah lereng
- Pemberantasan hama dan penyakit
tanaman cabai merah di laksanakan secara teratur sesuai dengan kondisi
serangan hama dan penyakit
- Cara panen serta penanganan
pasca panen cabai merah yang baik dan benar.
Keberhasilan
produksi cabai merah sangat di pengaruhi oleh dari dan ditentukan oleh kualitas
benih yang digunakan. Sifat unggul tersebut dicerminkan dan tingginya produksi,
ketahanan terhadap hama dan penyakit serta tingkat adaptasi tinggi terhadap
perubahan iklim.
Hr
dan kaya organik, pH tanah antara 6,0 dan 7,0. Oleh karena itu pengolahan tanah
yang baik dengan menggunakan traktor atau menggunakan cangkul, harus mencapai
kedalaman olah tanah s/d gembur antara 20 - 30 cm. Sedapat mungkin berbagai
jenis gulma harus bersih dari lahan budidaya.
Tanah
selesai di olah selanjutnya di buat bedeng-bedeng yang lebar dan panjangnya di
sesuaikan dengan petakan lahan yang ada dengan maksud untuk menjaga tanaman
sedimikan rupa sehingga bebas dari genangan air. Bedeng di buat dengan panjang
10 - 12 m, lebar 110 - 120 cm, dan tinggi disesuaikan dengan musim tanam. Pada
musim penghujan tinggi bedeng dibuat 40 - 50 cm, sedangkan pada musim kemarau
dapat dibuat antara 30 - 40 cm.
dan
kaya organik, pH tanah antara 6,0 dan 7,0. Oleh karena itu pengolahan tanah yang
baik dengan menggunakan traktor atau menggunakan cangkul, harus mencapai
kedalaman olah tanah s/d gembur antara 20 - 30 cm. Sedapat mungkin berbagai
jenis gulma harus bersih dari lahan budidaya.
Penanaman
bibit cabai merah di lahan budidaya di lakukan pada jarak, tanam 70 cm antar
barisan dan 60 cm di dalam barisan. Untuk pertanaman produksi cabai merah
konsumsi, pembibitan jarak tanam dapat di buat dalam barisan yang lebih rapat
lagi. Di antara barisan dibuat garitan sedalam 10 - 15 cm, yaitu untuk menyebarkan
pupuk kandang (15 ton/ha) dan pupuk buatan (N, P dan K).
Jenis
dan jumlah pupuk anorganik untuk tanah seluas 1 ha yaitu dapat mencapai sebesar
200 - 250 kg urea, ZA 500 - 600 kg, TSP 400 - 450 kg dan KCl 300 - 350 kg.
Setelah pupuk anorganik ditebar ,segera permukaan tanah di tutup dengan
menggunakan plastik perak, hitam yang berfungsi untuk menghindari hilangnya
pupuk akibat sinar matahari dan hujan.
Pemeliharaan Tanaman Cabai Merah
- Perempelan, yaitu kegiatan membuang tunas-tunas baru
yang tumbuh pada batang utama, pada saat tanaman berumur 45 - 50 hari
setelah tanam.
- Penyulaman, yaitu mengganti bibit yang rusak/mati
karena berbagai sebab di lapangan. Jumlah bibit persediaan untuk cadangan
berkisar antara 5 - 10 % dari jumlah kebutuhan total kebutuhan.
- Pengajiran, merupakan alat bantu yang terbuat dari
belahan bambu yang berfungsi membantu tegaknya tanaman cabai merah. Di
buat dengan ukuran panjang 125 - 150 cm, lebar 4 cm dan tebal 2 cm.
- Pengaraian, sangat penting terutama setelah bibit di
tanam di lapang. Di berikan dengan cara pengairan intensif sehingga
tanamit seperti Antraknosa (patek) bercak daun, layu bakteri, layu
fusarium, penyakit mosaik daun dan lain-lain. Pengendalian dengan cara
penyemprotan obat-obatan insektisida dan fungsida tertentu dapat dilakukan
setelah tanaman berumur lebih dari 20 hari setelah tanam.
- Prasarana, yaitu berupa fasilitas kebun seperti saluran
drainase, selokan dan jalan kebun yang ditata sedemikian rupa sehingga
dapat menghindarkan tanaman dari kekeringan maupun genangan yang
berkepanjangan.
- Kebersihan lingkungan, pemeliharaan kebersihan sehingga
lokasi pertanaman dapat di bebaskan dari segala benda atau bahan-bahan
tanaman yang membusuk.
BUDIDAYA
TANAMAN CABAI MERAH
ASPEK
PRODUKSI :: Panen dan Pasca Panen Cabai Merah
Umumnya buah cabai merah di petik
apabila telah masak penuh, ciri-cirinya seluruh bagian buah berwarna merah. Di
dataran rendah masa panen pertama adalah pada umur 75 - 80 hari setelah tanam,
dengan interval waktu panen 2 - 3 hari. Sedangkan di dataran tinggi agak lambat
yaitu pada tanaman berumur 90 - 100 hari setelah tanam dengan interval panen 3
- 5 hari. Secara umum interval panen buah cabai merah berlangsung selama 1,5 -
2 bulan. Produksi puncak panen adalah pada pemanenan hari ke - 30 yang dapat
menghasilkan 1 - 1,5 ton untuk sekali panen. Buah cabai merah yang di panen
tepat masak dan tidak segera di pasarkan akan terus melakukan proses pemasakan,
sehingga perlu adanya penempatan khusus. Oleh karena itu hasil produksi cabai
merah sebaiknya di tempatkan pada ruang yang sejuk, terhindar dari sinar
matahari, cukup oksigen dan tidak lembab. Dalam MK-PKT ini di gunakan asumsi
hasil panen rata-rata sebesar 19.000 Kg per siklus produksi atau 38.000 Kg per
tahun produksi (2 siklus).
Luas Model Dan Beban Biaya
Uraian mengenai unit luasan kebun
dan biaya-biaya dalam usaha tani cabai merah ini di tentukan berdasarkan
asumsi-asumsi kemampuan seorang petani dalam menangani budidaya tanaman cabai
merah hibrida (hot beauty)
Unit luasan lahan kebun untuk usaha
tanah cabai merah tersebut di tetapkan satu hektar. Bilamana di asumsikan bahwa
petani rata-rata saat ini memiliki lahan seluas 0,5 hektar, maka perlu menyewa
0,5 hektar lagi. Beban biaya yang diperlukan pada periode awal :
Tabel 7.
Biaya Proyek per Satu Hektar
Biaya Proyek per Satu Hektar
No.
|
Komponen Biaya
|
Rupiah
|
1.
2. 3. 4. |
Biaya pra investasi
Biaya investasi Biaya modal kerja Total biaya |
20.000
5.500.000 15.099.000 20.619.000 |
Modal sendiri yang diasumsikan harus
di mirasarana dan sarana yang di butuhkan dalam usaha tani cabai merah mencakup
dua hal pokok yaitu :
- Investasi yang berupa tanah, pelatan dan administrasi
- Alat dan bahan produksi kerja termasuk di dalamnya
bibit, mulsa plastik, pupuk, pestisida, tenaga kerja, gaji pengelola,
transportasi dan motor
Program Pendampingan
Organisasi dan manajemen usaha tani
cabai merah dalam pola kemitraan ini terdiri dari unsur-unsur proyek sebagai
berikut :
- Petani cabai merah sebagai anggota suatu KUD
Dalam hal ini kedudukan petani cabai merah sudah jelas sebagai anggota koperasi suatu Koperasi Unit Desa (KUD) dengan hak dan kewajiban yang jelas, serta dapat memanfaatkan berbagai fasilitas termasuk fasilitas permodalan berupa kredit perbankan (dengan dana yang berasal dari KL BI dan yang non KL BI) non perbankan. - Petani cabai merah sebagai anggota Kelompok Usaha
Bersama Agribisnis (KUBA).
Kelompok usaha bersama agribisnis cabai merah memiliki organisasi dan manajemen yang sederhana, tertentunya ada anggota dan ketua kelompoknya , kelompok ini bisa di bawah KUD bisa juga di luar ke anggotaan KUD. - Perusahaan Besar
Baik yang bergerak di hulu dan hilir
KUD dan para anggotanya, yang memasok kebutuhan produksi maupun sebagai pengolah/distributor
lebih lanjut cabai merah yang dihasilkan para petani produsen cabai merah.
Dalam rangka keterkaitan usaha (Model Kelayakan PKT), maka umumnya para
pengusaha swasta besar (baik yang di posisikan di hulu maupun yang dihilir atau
yang berfungsi ganda) menyediakan program pendampingan. Program tersebut di
mulai dari proses seleksi, pemberian informasi dan melaksanakan penyuluhan
sehingga pelaksanaan budidaya cabai merah s/d pemasaran yang dilaksanakan para
petani produsen dapat terlaksana secara baik dan benar.
Serangan hama dan penyakit
- Kekeringan dan banjir yang sulit di atasi
- Pasar tidak mampu menyerap hasil panen sehingga harga
jauh lebih rendah dari rencana.
- Pembayaran yang tidak lancar
Semua faktor di atas dapat merupakan
penyebab rawannya kesinambungan proses produksi tanaman cabai dan kaya organik,
pH tanah antara 6,0 dan 7,0. Oleh karena itu pengolahan tanah yang baik dengan
menggunakan traktor atau menggunakan cangkul, harus mencapai kedalaman olah
tanah s/d gembur antara 20 - 30 cm. Sedapat mungkin berbagai jenis gulma harus
bersih dari lahan budidaya.
BUDIDAYA
TANAMAN CABAI MERAH
ASPEK
KEUANGAN :: Rincian Biaya
Usaha tani cabai merah mencakup, dua
biaya pokok yaitu, biaya investasi (tanah, dan peralatan) dan biaya
produksi/biaya modal kerja termasuk di dalamnya bibit, mulsa plastik,. Pupuk,
pestisida, tenaga kerja , gaji pengelola, trasnportasi dan sewa traktor.
Asumsi Pembiayaan
Uraian biaya dalam usaha tani
agribisnis cabai merah ini berdasarkan asumsi-asumsi berikut :
- Harga-harga di anggap konstan, namun diperhitungkan
pula jika terjadi fluktuasi antara 5 - 10%
- Periode 1 siklus produksi : Masa produksi per periode
tanam : 90 - 150 hari (3 - 6 bulan)
- Periode tanam produksi per tahun : 2 kali
- Petani memperoleh pendapatan tetap/gaji sebagai
pengelola proyek berkisar Rp. 300.000 per bulan s/d Rp. 500.000 per bulan.
- Kegagalan panen 5 % per periode tanam.
- Luas lahan 1 ha, yaitu 0,5 ha milik sendiri + 0,5 ha
sewa dan peralatan berasal dari kredit investasi
- Hasil panen periode tanam pertama di pergunakan untuk
biaya produksi pada penanaman periode tanam kedua yaitu sebesar
Rp.31.238.000 per tahun 0,5 ha.
ASPEK
KEUANGAN :: Struktur Biaya
- Kebutuhan Biaya Investasi
1). Sewa
lahan 0,5 ha selama 5 tahun = Rp. 3.500.000,00
2). Peralatan = Rp. 2.000.000,00
Jumlah Biaya Investasi = Rp. 5.500.000,00
2). Peralatan = Rp. 2.000.000,00
Jumlah Biaya Investasi = Rp. 5.500.000,00
Penyusutan
biaya investasi adalah Rp. 5.500.000,00 : 5 = Rp.1.100.000,00
- Kebutuhan Biaya Tetap
1). Gaji
pengelola = Rp. 700.000,00
2). Administrasi = Rp. 750.000,00
Jumlah Biaya Tetap = Rp. 1.450.000,00
2). Administrasi = Rp. 750.000,00
Jumlah Biaya Tetap = Rp. 1.450.000,00
- Biaya Variabel
Biaya
variabel per periode tanam sebagai berikut :
� Bibit 20 pak x Rp 25.000,00 = Rp 500.000,00
� Pupuk kandang 15.000 kgx Rp 250,00 = Rp. 3.750.000,00
� Urea (Nitrogen ) 250 kg x Rp 500,00 = Rp. 125.000,00
� ZA 700 kg x Rp 500 = Rp 350.000,00
� SP 36 400 kg x Rp 500 = Rp. 200.000,00
� KCl 350 kg x Rp 500 = Rp. 175.000,00
� NPK 200 kg x Rp 1.200 = Rp. 240.000,00
� Pupuk cair 4 bungkus @ Rp. 5.000 = Rp. 20.000,00
� Kieserit 100 kg x Rp 600 = Rp. 60.000,00
� Pestisida (Obat-obatan) = Rp. 600.000,00
� Tenaga kerja 150 HOK x Rp 5.000,00 = Rp. 750.000,00
� Transportasi = Rp. 300.000,00
� Plastik mulsa 200 kg x Rp 7.000 = Rp. 1.400.000,00
� Polybag dan plastik semai = Rp. 150.000,00
� Sewa Traktor = Rp. 350.000,00
Jumlah Biaya Variabel = Rp. 9.200.000,00
� Pupuk kandang 15.000 kgx Rp 250,00 = Rp. 3.750.000,00
� Urea (Nitrogen ) 250 kg x Rp 500,00 = Rp. 125.000,00
� ZA 700 kg x Rp 500 = Rp 350.000,00
� SP 36 400 kg x Rp 500 = Rp. 200.000,00
� KCl 350 kg x Rp 500 = Rp. 175.000,00
� NPK 200 kg x Rp 1.200 = Rp. 240.000,00
� Pupuk cair 4 bungkus @ Rp. 5.000 = Rp. 20.000,00
� Kieserit 100 kg x Rp 600 = Rp. 60.000,00
� Pestisida (Obat-obatan) = Rp. 600.000,00
� Tenaga kerja 150 HOK x Rp 5.000,00 = Rp. 750.000,00
� Transportasi = Rp. 300.000,00
� Plastik mulsa 200 kg x Rp 7.000 = Rp. 1.400.000,00
� Polybag dan plastik semai = Rp. 150.000,00
� Sewa Traktor = Rp. 350.000,00
Jumlah Biaya Variabel = Rp. 9.200.000,00
Sumber Pembiayaan Dan Kebutuhan
Kredit
Kebutuhan biaya per paket per hektar
adalah sebagai berikut :
Biaya Investasi = Rp. 1.500.000,00
Biaya Modal Kerja = Rp. 10.650.000,00
(Biaya variabel + Biaya Tetap)
Biaya Modal Kerja = Rp. 10.650.000,00
(Biaya variabel + Biaya Tetap)
Jumlah = Rp 12.150.000,00
Pembiayaan proyek dengan dana
sendiri sebesar Rp 4.000.000 ,00
Sedangkan Pinjaman dari Kredit Bank sebanyak 12.150.000,00 terdiri dari Kredit Investasi sebesar Rp. 1.500.000,00 dan Kredit modal kerja Rp. 10.650.000,00
Sedangkan Pinjaman dari Kredit Bank sebanyak 12.150.000,00 terdiri dari Kredit Investasi sebesar Rp. 1.500.000,00 dan Kredit modal kerja Rp. 10.650.000,00
Perkembangan dan Kecendrungan Harga
Dalam analisis keuangan, asumsi yang
di pergunakan untuk menentukan biaya produksi maupun harga penjualan cabai
hibrida di tingkat petani atas dasar kecendrungan harga-harga mutahir yang
berkembang baik di tingkat petani maupun di tingkat pasar. Selanjutnya di
gunakan analisis sensitivitas dengan rentang perubahan yang cukup memadai. Agar
hasil analisis kelayakan usaha ini dapat di pakai secara luas dan fleksibel
maka di gunakan tingkat bunga yang berkembang pada skim kredit program dan non
program. Dalam hal ini telah di buat perhitungan/analisis untuk mencapai
parameter kelayakan terutama IRR di atas bunga tertentu, dengan menyesuaikan
tingkat produksi minimal yang harus di capai per satuan luas (ton/ha).
Hasil panen cabai merah minimum
(Kg/ha per periode panen) di bawah ini diperhitungkan masih menguntungkan
setelah melunasi kredit pada tingkat bunga tertentu, yaitu sebagai berikut :
1). Tingkat bunga KKPA 16% : Hasil panen cabai merah minimum 18.500 /kg
2). Tingkat KUK 25% : Hasil panen cabai merah minimum 19.250 kg/ha
3). Tingkat bunga KUK 30% : Hasil panen cabai merah minimum 19.500 kg/ha
1). Tingkat bunga KKPA 16% : Hasil panen cabai merah minimum 18.500 /kg
2). Tingkat KUK 25% : Hasil panen cabai merah minimum 19.250 kg/ha
3). Tingkat bunga KUK 30% : Hasil panen cabai merah minimum 19.500 kg/ha
Hasil panen cabai merah minimum
(Kg/ha) per tahun yang masih menguntungkan setelah melunasi kredit pada tingkat
bunga tertentu, yaitu sebagai berikut :
1). Tingkat bunga KKPA 16% : 2 x 18.500 kg/ha = 37.000 kg/ha
2). Tingkat bunga KUK 25% : 2 x 19.250 kg/ha = 38.500 kg/ha
3). Tingkat bunga KUK 30% : 2 x 19.500 kg/ha = 39.000 kg/ha
1). Tingkat bunga KKPA 16% : 2 x 18.500 kg/ha = 37.000 kg/ha
2). Tingkat bunga KUK 25% : 2 x 19.250 kg/ha = 38.500 kg/ha
3). Tingkat bunga KUK 30% : 2 x 19.500 kg/ha = 39.000 kg/ha
Hasil penjualan minimum per tahun
(harga Rp 1000,00/ Kg cabai merah) yang di perhitungkan dapat melunasi kredit
pada tingkat bunga tertentu dan dapat memenuhi biaya hidup petani sebagai
berikut :
1). Tingkat bunga KKPA 16% : Rp 1000 x 37.000 kg/ha = Rp 37.000.000,-
2). Tingkat bunga KUK 25% : Rp 1000 x 38.500 kg/ha = Rp 38.500.000,-
3). Tingkat bunga KUK 30% : Rp 1000 x 39.000 kg/ha = Rp 39.000.000,-
1). Tingkat bunga KKPA 16% : Rp 1000 x 37.000 kg/ha = Rp 37.000.000,-
2). Tingkat bunga KUK 25% : Rp 1000 x 38.500 kg/ha = Rp 38.500.000,-
3). Tingkat bunga KUK 30% : Rp 1000 x 39.000 kg/ha = Rp 39.000.000,-
Penyusutan Investasi
Kebutuhan Biaya Investasi
1). Sewa lahan 0,5 ha selama 5 tahun = Rp. 3.500.000,00
2). Perairan = Rp. 2.000.000,00
Jumlah Biaya Investasi = Rp. 5.500.000,00
1). Sewa lahan 0,5 ha selama 5 tahun = Rp. 3.500.000,00
2). Perairan = Rp. 2.000.000,00
Jumlah Biaya Investasi = Rp. 5.500.000,00
Biaya investasi selama lima tahun
dapat di hitung biaya penyusutan setiap tahunnya yaitu sebagai berikut : Rp
5.500.000,00 : 5 = Rp. 1.100.000,00 . Dalam rangka kerja sama usaha mengikuti
program kemitraan terpadu (PKT), maka usaha Menengah dan atau Usaha Besar
(UM/UB) sebagai inti melakukan pembinaan dalam hal penyediaan sarana produksi,
pemasaran, pembinaan teknis termasuk pembiayaan dalam hal ini dapat berfungsi
sebagai penjamin (avalist) dan memberikan pembinaan dalam pengelolaan keuangan.
Dalam hal yang terakhir UB dapat membina agar UK menyisihkan dana penyusutan
investasi tersebut di atas sebagai simpanan di bank, yaitu berupa cadangan bagi
penyusutan penggantian investasi tetap atau untuk keperluan produktif lainnya.
Penjualan
Dalam program kemitraan terpadu
(PKT) dimana pemasaran sebagai salah satu komponen kemitraan di mana UB
menampung produksi yang dihasilkan oleh UK, dengan harga yang telah di sepakati
bersama dan tertuang dalam nota kesepakatan kerjasama usaha kemitraan dan berdasarkan
kepada prinsip saling menguntungkan kedua belah pihak. Seperti telah di
jelaskan di atas bahwa gambaran harga pokok produksi telah di jelaskan di atas.
Titik-titik kritis yang kemungkinan
terjadi mengenai harga keluaran (output), adalah terutama di sebabkan oleh pola
tanam dan pola panen yang tidak teratur sehingga panen bisa terjadi pada saat
bersamaan akibatnya produksi cabai cukup berlimpah di pasaran, yang berakibat
kepada harga yang rendah. Sementara pada musim/waktu tertentu cabai tidak
tersedia cukup di pasaran mengakibatkan fluktuasi harga yang tidak di inginkan,
hal ini akan merugikan semua pihak terutama UK.